Saya Kawanua dan Kecewa pada Taman Nasional Bunaken

Ada sebuah wilayah yang terkenal akan budaya baharinya. Letaknya diujung utara nusa sulawesi. Keindahannya konon menjadi icon pariwisata propinsi tersebut. Sejak 1991 lahirlah berita, bahwa tiga nusa yang mengelilingi beserta ekosistem laut dibawahnya ditetapkan sebagai taman nasional.

Dua puluh empat tahun sudah berlalu. Kunjunganku yang kesekian kali di area iconic tersebut. Masih mengagumkan namun sedikit demi sedikit mulai menimbulkan kekhawatiran. Ada yang salah.

Sudah mulai ramai tulisan akan kekecewaan manusia yang mengunjungi wilayah itu. Banyak yang kecewa. Ikan-ikannya, terumbu karangnya, laut birunya, pantainya, rumah-rumah disekelilingnya, sarana pendukungnya. Apakah masih tersisa keistimewaannya? Hampir tidak ada. Tampak datar menjurus curva, layaknya kepungan air disekitarnya. Yang menonjol hanya harga-harga serta sampahnya.

Yang terhormat pemegang tahta pemerintahan serta semua manusia berotak yang ada disekitar area tersebut : Mari kita bekerja sama dan sama-sama bekerja untuk mengembalikan wilayah itu pada fitrahnya. Dengan fungsi dan kemampuan masing-masing. Bekerja untuk memperbaiki dan membangun, bukan hanya bekerja dengan otot, juga dengan otak, tidak sempurna juga otak tanpa membawa perasaan. Mari bersinergi dengan Otot, Otak dan Hati.

Yang memerintah membuat kebijakan dan aturan ketat yang pro rakyat, pro lingkungan, pro estetika. Yang mendiami area harus menghormati : Alam serta Aturan yang berlaku dan sedikit meredam kerakusan. Yang mengunjungi baik yang kagum maupun yang kecewa mari membangun dengan kritikan, dalam bentuk apapun itu dan yang jelas harus disampaikan bagaimanapun caranya, tentukan arahnya.

Terumbu karang yang rusak, ikan-ikan yang menjauh, air laut yang mulai keruh, pesona pasir pantai yang memudar, sarana dan prasarana yang semakin suram, harga yang membumbung tinggi : bukan hewan, tumbuhan maupun benda mati yang bisa memperbaikinya. Siapa yang diberi kelebihan otak dan hati yang mengemban tanggungjawab utama. Siapapun manusia yang mau bergerak, ikhlas atau tidak, bergeraklah. Gerakan sekecil apapun akan memberi manfaat jika dilakukan secara bersama-sama dan terus menerus.

Sedikit hikayat tentang saya Kawanua, dan saya masih saja kecewa…

TN BUNAKEN, SULAWESI UTARA

Agustus 2015.

Leave a comment